Saya sering berpikir, pantas saja umat Islam ini susah maju dan
berkembang (misalnya index intelektualitasnya jeblok, ekonominya
morat-marit) karena mereka—baik yang elit apalagi kalangan bawah—cara
berpikir dan bertindaknya lucu-lucu dan lugu-lugu. Tetapi kalau
“diingatkan”, “diluruskan” atau “diajak diskusi yang bener” malah
marah-marah, ngamuk, mengapir-sesatkan, dan ngumpat-ngumpat sampai semua
nama hewan di kebon binatang keluar semua.
Merasa paling agamis
sendiri, paling Islamis sendiri, paling berakhlak sendiri, paling
pintar sendiri, paling benar sendiri dan seterusnya adalah salah satu
ciri menonjol dari orang-orang yang “serba kedikitan”: dikit otaknya,
dikit ilmu pengetahuannya, dikit wawasannya, dikit pengalamannya, dlsb.
Sebetulnya “serba dikit” tidak apa-apa asal ada kemauan untuk
mendengar, belajar, bergaul, dan menimba pengalaman, pengetahuan, dan
kebijaksanaan dari yang lain. Orang-orang kampung itu misalnya adalah
contoh dari orang-orang yang “serba dikit” tetapi mereka mau mendengar,
belajar, bergaul, dan menimba pengalaman, pengetahuan dan kebijaksanaan
dari yang lain sehingga mereka bisa bersikap toleran.
Yang
“bahaya” itu orang-orang yang “serba dikit” tadi tapi tidak mau
mendengar, belajar, bergaul, serta menimba pengalaman, pengetahuan, dan
kebijaksanaan dari yang lain. Orang-orang jenis terakhir itu yang
biasanya suka “berangasan” dalam bertutur-sapa maupun berperilaku:
dikit-dikit main bunuh, dikit-dikit ngamuk, dikit-dikit main kekerasan,
dikit-dikit mengumpat, dlsb.
Kelucuan dan keluguan (sebagian)
umat Islam itu bisa dilihat dan disaksikan dari berbagai aksi atau
tindakan mereka yang lucu-lucu dan lugu-lugu. Apa sih urgensi dan
substansi rombongan jalan kaki berkilo-kilo meter menyusuri jalan raya
itu? Apa sih urgensi dan substansi demo besar-besaran apalagi demo atas
“kasus imajiner” beraroma politik bernama “penistaan agama”?
Jika mau “berjihad bela Islam”, bukankah akan lebih baik dan bermanfaat
untuk publik Muslim dan umat manusia jika jihad itu dilakukan untuk
membenahi dunia pendidikan yang terbelakang, perekonomian yang
amburadul, kemiskinan yang mengglobal, kebodohan yang merajalela,
kerusakan alam yang terjadi dimana-mana, masalah kesehatan yang
memburuk, dlsb.
Energi umat Islam akan jauh lebih bermanfaat
jika dilakukan untuk memberantas dan memerangi mentalitas umat yang
kerdil, mentalitas elit yang korup, masyarakat yang mengidap “budaya
jorok” sehingga hobi berkata kotor maupun buang sampah sembarangan
sehingga menyebaban lingkungan (baik “lingkungan fisik” maupun
“lingkungan sosial”) kita tidak sehat dan bau pengap.
Jihad akan
jauh lebih berguna dan mulia jika dilakukan untuk mendidik dan
mencerdaskan anak-anak bangsa, membangun taman-taman bacaan rakyat,
menolong kaum fakir-miskin, membela kaum tertindas, melindungi kaum yang
lemah, dan seterusnya. Semua itu jauh lebih religius, lebih Islami,
lebih Qur’ani, dan lebih bermartabat ketimbang aksi jalan kaki dan demo
massal yang hanya akan menghasilkan badan pegel-linu saja.
Jabal Dhahran, Arabia
0 komentar:
Post a Comment