Banyak kaum Muslim di Indonesia (dan juga negara-negara mayoritas
Muslim lain) yang begitu antipati terhadap kelompok liberal. Padahal, di
negara-negara Barat, kaum liberalah yang banyak membantu dan membela
kaum Muslim dari gempuran, olok-olok, dan pelecehan kaum konservatif.
Kaum liberal ini pula, baik yang berafiliasi ke Kristen, Yahudi,
sekularis, agnostic, ateis, dlsb yang membentengi umat Islam dari
serangan kelompok Islamophobis yang sudah menjadi “industri” di Barat.
Liberalisme adalah sebuah filosofi atau “pandangan dunia” yang bertumpu
pada ide-ide kebebasan dan persamaan dalam segala aspek kehidupan:
keagamaan, kepercayaan, pendidikan, ekonomi, intelektualisme, dan
hak-hak dasar kemanusiaan lain, tanpa memandang latar belakang suku,
agama, ras, etnis, bahasa, dlsb.. Jika “liberalisme klasik” lebih
menekankan pada aspek peranan kebebasan (liberty), maka “liberalisme
sosial” lebih menekankan pada peranan persamaan (equality).
Karena memandang pentingnya “kebebasan” dan “persamaan” inilah, maka
kaum liberal selalu berada di garda depan dalam pembelaan terhadap
kelompok minoritas di Barat, termasuk kaum Muslim. Seperti tampak dalam
foto di bawah ini, dimana sekelompok non-Muslim di Amerika (?) sedang
menjaga umat Islam yang sedang menjalankan salat Jum’at di sebuah masjid
atau Islamic Center. Mereka melakukan aksi ini karena adanya gelombang
pendapat yang nyinyir terhadap Islam dan kaum Muslim yang diserukan oleh
kelompok konservatif yang mendukung Donald Trump. Aksi mereka ini
persis seperti akang-akang Banser NU yang menjaga gereja-gereja pada
waktu Natal karena adanya pendapat-pendapat nyinyir terhadap Kristen
yang diserukan oleh sekelompok Muslim konsevatif. Kaum liberal pula yang
banyak membantu dan “membekingi” pendirian masjid-masjid atau
pusat-pusat kajian Islam di Barat, termasuk masjid-masjid yang
disponsori oleh umat Islam Indonesia di Barat.
Hanya saja sangat
disayangkan ada sejumlah kelompok Islam konservatif (baik yang di
Indonesia maupun yang di Barat) yang hanya melihat “sisi negatif”
masyarakat Barat (terutama Kristen dan Yahudi), persis seperti kaum
konservatif Barat yang hanya melihat “sisi negatif” Islam dan kaum
Muslim. Jika hanya negatifnya saja yang dilihat, kapan kita bisa menilai
dan mengapresiasi kontribusi positif umat lain? Rajin-rajinlah
bertafakur dan meditasi supaya hati dan pikiran kita tidak dipenuhi oleh
"pikiran-pikiran jorok" dan “kotoran-kotoran duniawi”.
Di zaman
Internet seperti ini, hendaknya kita harus saling menahan dan menjaga
diri dari aneka perbuatan kekerasan dan intoleransi karena secuil apapun
perbuatan yang kita lakukan akan berdampak global dan dibaca oleh umat
sepenjuru dunia. Ingat umat Islam tidak hanya di Indonesia saja. Mereka
bertebaran dimana-mana: dari Amerika dan Australia sampai Cina dan
Russia, dan bahkan Amerika Latin. Di Indonesia, kaum Muslim memang
mayoritas, tapi di sejumlah negara lain, mereka menjadi minoritas. Apa
yang umat Islam lakukan di Indonesia, akan berdampak pada nasib kaum
Muslim di negara-negara lain.
Karena itu, saya ingatkan
janganlah sekali-kali suka “membusungkan dada” alias sombong merasa diri
mayoritas sehingga bisa berbuat seenaknya. Kalau “membusungkan perut”
sih boleh-boleh saja karena mungkin kekenyangan ya habis makan-makan
enak, apalagi saat liburan Natal begini makin “busung” aja tuh perut he
he
Jabal Dhahran, Arabia
0 komentar:
Post a Comment