Sebagaimana "mendung tak berarti hujan", Arab juga tak berarti
habib, dan habib tak berarti keturunan Nabi Muhammad karena ada banyak
Muslim yang bernama "Habib" meskipun tidak ada "hubungan genealogis"
dengan Nabi Muhammad. Ada juga orang yang mengaku-aku atau mengklaim
sebagai "habib" meskipun bukan habib (atau, sebut saja "habib KW"), ada
pula "habib beneran" yang tidak mau disebut "habib" atau menyembunyikan
identitas kehabibannya karena kerendahan hati beliau. Dalam Bahasa Arab,
kata "habib" atau "habiib" berarti "yang tercinta" atau "yang dicintai"
(beloved). Jamak kata ini adalah "habayib" yang sering diucapkan
"habaaib".
Di kalangan umat Islam, nama "Habib" ini
bermacam-macam: ada yang digunakan sebagai "nama depan" atau "nama
pertama" (first name), ada yang "nama keluarga" (family name atau
surname), ada pula yang digunakan sebagai "gelar kehormatan" untuk para
alim-ulama dari keturunan keluarga Nabi Muhammad SAW.
Nama habib
yang digunakan sebagai "nama depan", misalnya, yang populer, Habib Beye
(pemain sepak bola dari Sinegal; nama belakang "Beye" mengingatkan saya
kepada seseorang di Indonesia he he), Habib Bourguiba (politisi
Tunisia), Habib Koite (musisi dari Mali), Habib Nurmagomedov (atlit seni
bela diri dari Rusia), dlsb. Di Iran, juga banyak nama-nama tokoh beken
yang menggunakan nama depan habib seperti Habib Dehghani (pemain bola),
Habib Kashani (pebisnis), Habib Mohebian (penyanyi), dlsb. Di Indonesia
juga begitu ada banyak nama depan yang pakai nama habib (untuk
laki-laki) atau habibah (untuk perempuan).
Adapun yang
digunakan sebagai nama keluarga contohnya Phillip Habib (almarhum),
seorang mantan diplomat Amerika legendaris. Di Amerika atau Barat pada
umumnya, ada banyak Muslim yang menggunakan "nama Kristen" untuk
"menyamarkan" identitas keislamannya karena berada di kawasan yang
mayoritas non-Muslim. Kemudian Irfan Habib, seorang sejarawan India.
Lalu, Ralph Habib (almarhum), seorang mantan sutradara top Perancis
keturunan Libanon.
Nama habib yang dipakai sebagai sebuah "gelar
kehormatan" untuk seorang alim-ulama keturunan Nabi Muhammad populer di
Yaman dan sejumah negara di Asia Tenggara seperti Habib Alwi al-Haddad
(mufti Johor), Habib Ali Kwitang, Habib Luthfi bin Yahya, dan masih
banyak lagi. Dalam konteks ini maka perlu diingat, tidak semua keturunan
Nabi Muhammad itu adalah "habib" jika mereka tidak memiliki kualifikasi
keulamaan dan kualitas keilmuan tertentu. Lalu, bagaimana dengan "sosok
legendaris" "Habib" Novel Bamukmin? Maap ye, ane kagak paham yang ini
he he
Mengenai keturunan Nabi Muhammad, ada yang disebut "sayid"
(jamak: "sadah") bagi laki-laki dan "sayidah" bagi perempuan". Di Saudi
khususnya dan kawasan Arab Teluk lain, mereka disebut "syarif" (jamak:
asyraf) untuk laki-laki dan "syarifah" untuk perempuan. Mereka kini
bukan hanya pengikut Sunni tapi juga Syiah. Mereka adalah keturunan Nabi
Muhammad dari jalur Hasan maupun Husein (yang populer dengan sebutan
"Alawiyin"), keduanya putra Ali yang menikahi putri Nabi Muhammad
(bernama Fatimah).
Khusus untuk kaum sayid dan sayidah di
Indonesia dan Asia Tenggara pada umumnya, kebanyakan (atau mungkin
semuanya, perlu studi lebih lanjut), mereka adalah keturunan dari
keluarga Ba Alawi, salah satu cucu dari Ahmad bin Isa Al-Muhajir (w.
956), keturunan ke-10 dari Nabi Muhammad, yang lahir di Basrah, Irak,
kemudian bermigrasi dan wafat di Hadramaut, Yaman selatan, untuk
menghindari kekerasan sektarian di Irak kala itu.
Apakah semua
orang Arab di Indonesia itu sayid atau habib? Jelas tidak. Bagaimana
cara mengenali kaum sayid atau tidak? Bagaimana sejarah migrasi bangsa
Arab ke Indonesia? Bagaimana kisah tentang Hadramaut yang dulunya bukan
hanya kawasan Muslim saja tapi juga Yahudi. Jangan keana-mana, panteng
terus di "channel" ini he he
0 komentar:
Post a Comment