Jika pada postingan sebelumnya, saya pernah memosting mengenai
sejumlah “pemimpin” Kristen di daerah yang mayoritas penduduknya adalah
Muslim, maka kini saya ingin mengulas tentang sejumah walikota atau
presiden Muslim di “kawasan non-Muslim.”
Kita tentu sudah
mendengar nama Sadiq Aman Khan, politisi muda Muslim dari Partai Buruh
yang terpilih sebagai Walikota London, Inggris, belum lama ini. Sesaat
setelah terpilih sebagai Walikota London, Sadiq Khan yang juga penulis
buku “Fairness not Favours: How To Reconnect with British Muslims”
langsung tancap gas menggaet para pengusaha dan konglomerat Muslim di
London untuk bersama-sama memajukan dan memakmurkan penduduk di ibukota
Inggris ini. Sebelumnya, Inggris, tepatnya London Borough of Tower
Hamlets, juga pernah mempunyai walikota Muslim bernama Muhammad Abdullah
Salique atau Muhammad Abdus Salique (berdarah Bangladesh).
Sadiq Khan tidak sendirian. Ada sejumlah nama beken pemimpin Muslim lain
seperti Mohamed Arturo Cerulli yang pada 2008 terpilih sebagai walikota
Muslim pertama di Monte Argentario, Italia. Karena dipandang sukses
menahkodai kota di Propinsi Grosseto ini, pada 2013, ia terpilih lagi
sebagai walikota. Rotterdam, Belanda, juga pernah memiliki walikota
Muslim. Namanya Ahmed Aboutaleb, seorang Muslim-Sunni-Berber berdarah
Maroko. Kota Calgary di Alberta, Kanada, juga memiliki walikota Muslim
yang bernama Naheed Kurban Nenshi. Ia adalah seorang profesor muda
lulusan Harvard, berdarah Tanzania, dan pengikut Syiah Nizari Ismaili.
Amerika juga memiliki beberapa walikota Muslim seperti M.
Saud Anwar, yang terpilih sebagai walikota Muslim pertama di kota South
Windsor, Connecticut. M. Saud Anwar adalah satu dari tokoh Muslim di
Amerika yang gencar memerangi “kaum radikal-ekstrimis” (baik Muslim
maupun bukan) dan kaum “Islamophobia” di Amerika, yaitu sejumlah
kelompok non-Muslim yang antipati terhadap Islam dan umatnya. Ia
mengvisikan Islam yang damai dan toleran terhadap non-Muslim. Kemudian
Mohammed Hammeduddin, yang terpilih sebagai Walikota Teaneck di New
Jersey. Menariknya, wakil walikotanya adalah seorang Ortodoks Yahudi
bernama Adam Gussen, yang merupakan teman sekolah Pak Walikota ini sejak
di SMU sampai di perguruan tinggi: Rutgers University.
Bukan
hanya walikota saja, beberapa tokoh Muslim juga pernah tercatat sebagai
presiden di sejumlah negara yang penduduknya mayoritas non-Muslim
seperti Ahmadou Ahidjo (Kamerun), Noor Mohamed Hassanali (Repubik
Trinidad and Tobago), Michel Djotodia (Republik Afrika Tengah), Omar
Bongo Ondimba (Republik Gabon), Abdul Kalam (India), dlsb.
Poin
penting yang ingin saya sampaikan disini adalah umat beragama itu, tak
terkecuali umat Islam, harus berwawasan luas, berpikiran global, dan
memiliki visi jauh ke depan demi kemajuan masyarakat, bangsa dan negara.
Bukan malah sebaliknya: berwawasan sempit, berpikiran lokal, dan
memiliki visi jauh ke belakang ke “zaman batu” ratusan abad silam.
Buka mata kalian lebar-lebar, rajin-rajinlah berfikir, giatlah
melakukan olah rasa dan pikiran, perbanyaklah membaca dan melakukan
"piknik intelektual" jangan seperti "upil dalam hidung" yang selalu
ngumpet di lubang sempit atau "kodok dalam panci". Kita ini hidup di
abad ke-21, di zaman mondern yang penuh sesak dengan teknologi canggih
dan internet. Tentu saja di abad modern ini, umat beragama memiliki
tantangan yang sangat jauh berbeda dan jauh lebih kompleks dari
abad-abad silam, dan karena itu, harus disikapi dengan bijak dan dewasa,
bukan dengan sikap keangkuhan dan kekanak-kanakan.
Jabal Dhahran, Arabia. Postingan Prof. DR. Sumanto Al Qurtuby
0 komentar:
Post a Comment