LOKER OTOMOTIF

Sunday, January 15, 2017

Arab Tak Berarti Habib (4)

Seperti saya sebutkan dalam kuliah virtual sebelumnya, menurut sejumlah sejarawan, kaum sadah di Asia Tenggara adalah keturunan dari Sayyid Ahmad bin Isa al-Muhajir, "keturunan" ke-10 Nabi Muhammad. Tetapi menariknya, setahu saya, teks-teks lokal di Tanah Jawa (seperti Babad Cirebon, Sajarah Banten, dlsb) hanya menyebut nama Syaikh Jamaluddin Akbar al-Husaini yang populer dengan nama Syaikh Jamaludin Kubro, sebagai "nenek-moyang" Walisongo dan para penyebar Islam di Jawa dan beberapa pulau lain di Nusantara, termasuk Kelantan, Aceh, dan Sulawesi.

Tidak ada yang tahu pasti, siapa sebenarnya "sosok misterius" Syaikh Jamaludin Kubro yang konon hidup antara abad ke-14/15 ini. Sebagian sumber menyebut ia sebagai pendakwah dari Malabar, Kesultanan Delhi, yang nenek-myangnya dari Hadramaut (dengan begitu apakah ia adalah keturunan dari Sayyid Ahmad bin Isa al-Muhajir tadi? Saya sendiri tidak tahu). Sumber yang lain menyebut beliau dari Kashan, Persia (Iran).


Sejumlah teks lokal juga menyebutkan kalau Syaikh Jamaludin Kubro datang ke Nusantara bersama dengan saudaranya (Syaikh Thanauddin atau Datuk Adi Putra) dan anak-anaknya, terutama Syaikh Maulana Ibrahim dan Syaikh Maulana Ishak. Meskipun asal-muasalnya masih menjadi kontroversi, Syaikh Jamaludin Kubro dipercayai sebagai seorang sayyid (Jamak: sadah) atau "keturunan" keluarga Nabi Muhammad.
Penting untuk diketahui bahwa kaum sadah (atau yang mengklaim dari "keluarga Nabi Muhammad") tidak hanya ada di Asia Tenggara saja tetapi juga di belahan kawasan lain: Indo-Pakistan, Yaman, Saudi, Yordania, Maroko, Libia, Somalia, Aljazair, dlsb. Kapan-kapan saya jelaskan tentang "diaspora sadah" ini.
Meskipun ada sejumlah "nama panggilan kehormatan" terhadap keturunan keluarga Nabi Muhammad, tetapi yang paling umum dan banyak dikenal adalah "sayyid" untuk laki-laki dan "sayyidah" untuk perempuan (yang berarti Tuan/Nyonya) atau "syarif" (untuk laki-laki) dan "syarifah" untuk perempuan (yang berarti "yang mulia").

Dalam tradisi Sunni Arab, "syarif/syarifah" adalah sebutan untuk keturunan Hasan bin Ali, sedangkan sebutan "sayyid/sayyidah" adalah untuk keturunan Husain bin Ali (adiknya Hasan). Baik Hasan maupun Husain adalah cucu Nabi Muhammad hasil dari perkawinan antara Fatimah (putri Nabi Muhammad) dan Ali yang juga sepupu Nabi Muhammad. Ali ini adalah putra Abi Talib, salah satu paman Nabi Muhammad yang merawat beliau sepeninggal sang kakek, Syaibah bin Hashim (populer dengan nama Abdul Muttalib yang sebelumnya merawat Nabi Muhammad karena ayah beliau, Abdullah, wafat saat Muhammad masih di kandungan). Selain merawat dan membesarkan Nabi Muhammad, Abu Talib juga gagah perkasa membela beliau dari serbuan para "begundal Hijaz". Menariknya, meskipun Abu Talib telah merawat dan rela berkorban untuk kehidupan dan perjuangan sang keponakan, Nabi Muhammad, hingga akhir hayatnya Abu Talib tidak memeluk agama Islam.

Dengan latar belakang ini, maka dapat disimpulkan bahwa kaum sadah atau asyraf itu lebih tepat disebut sebagai keturunan Ali bin Abu Talib, bukan keturunan Nabi Muhammad, meskipun tentu saja masih keluarga / kerabat beliau karena Hasan dan Husain adalah cucu sang nabi. Dengan kata lain, kaum sadah itu adalah mewarisi "gen-nya Ali" bukan gen Nabi Muhammad.

Para sejarawan mencatat, Nabi Muhammad memiliki 3 anak lai-laki dan 4 anak perempuan yang semuanya lahir dari istri pertama Nabi Muhammad yang bernama Khadijah, kecuali satu anak laki (Ibrahim) yang lahir dari Maria al-Qibtiyya, seorang perempuan Kristen Koptik (dari Mesir) yang dipersembahkan oleh Pemimpin Mesir bernama Muqawqis (juga pengikut Kristen Koptik) sebagai istri Nabi Muhammad. Oleh sebagian sarjana, perkawinan antara Nabi Muhammad dengan Maria al-Qibtiyya ini menjadi dasar diperbolehkannya perkawinan antar-agama dalam Islam.

Para sejarawan juga mencatat, selain Fatimah, anak-anak Nabi Muhammad yang lain (Qasim, Abdullah, Zainab, Ruqayah, Umi Kultsum, Ibrahim) wafat saat masih kecil atau belum sempat memiliki keturunan. Jadi hanya Fatimah yang melahirkan keturunan: Hasan dan Husain tadi.
Bagaimana nasib kaum sadah / asharaf di dunia Arab dewasa ini? Apakah mereka ini hidup terhormat secara politik-ekonomi-sosial seperti dulu atau justru sebaliknya? Bersambung lagi ah he he

0 komentar: