Mumpung masih ingat, ini melanjutkan cerita tentang sejarah
komunisme di Arab dan Timur Tengah. Lagi, bagi yang kentinggalan kelas,
silakan "diubek-ubek" dulu postingan-postinganku sebelumnya. Saya sudah
beberapa kali menulis tentang komunisme ini.
Dalam konteks Arab
dan Timur Tengah, munculnya gerakan komunisme (Bahasa Arab:
"syayuiyyah") itu sudah terjadi sejak 1920-an, pasca Revolusi Bolshevik
pimpinan Lenin tahun 1917 yang berhasil menggulingkan rezim Tsar yang
menandai berdirinya Uni Soviet. Kini, Soviet sudah almarhum dan
berkeping-keping menjadi puluhan negara. Russia sebagai "penerus" Soviet
tidak lagi bisa disebut sebagai "rezim komunis" karena ada banyak
perubahan fundamental yang terjadi disini menyangkut sistem
politik-pemerintahan dan sosial-ekonomi (kapan-kapan saya ulas secara
terpisah).
Kembali ke laptop. Sejak awal, sejumlah tokoh,
pemikir, dan aktivis Arab, Turki, Kurdi, Azeri, Yahudi, Persi, Armenia,
dlsb, di kawasan Timur Tengah sudah kesengsem dengan komunisme. Mereka
bukan hanya dari kalangan Muslim saja tetapi juga Kristen dan Yahudi. Di
sejumlah kawasan seperti Palestina, Mesir, Irak, Libanon, dlsb, mereka
berkoalisi mendirikan Partai Komunis di daerah masing-masing.
Ada banyak sarjana yang sudah mengulas tentang asal-usul, sejarah dan
perkembangan komunisme di Arab dan Timur Tengah ini. Kalau berminat,
silakan baca karya-karya Tareq Ismael, Harold Cubert, Musa Budairi,
Rifa'at El-Sa'id, Ilana Kaufman, Joel Beinin, Sami Hanna, SM Agwani, dan
masih banyak lagi. Di antara mereka, Tareq Ismael yang paling spesial
karena betul-betul spesialis di kajian komunisme dan sosialisme di Arab
dan Timur Tengah yang telah menulis sejumlah buku penting seperti "The
Communist Movement in the Arab World", "The Communist Movement in Syria
and Lebanon", "The Arab Left", "The Communist Movement in Egypt," "The
Sudanese Communist Party", dlsb.
Embrio komunisme di kawasan
Arab dan Timur Tengah bermula dari gerakan politik yang dilakukan oleh
para mahasiswa dan buruh Turki di Jerman yang ikut bergabung dalam aksi
protes yang dipelopori oleh Partai Komunis Jerman pada tahun 1919.
Sebagian mereka kemudian mendirikan Partai Petani dan Buruh Turki.
Gerakan komunisme di Jerman juga berhasil memikat Husain al-Rahhal yang
dijuluki sebagai tokoh Marxist pertama Irak.
Di Mesir, "trio"
Yahudi-Muslim-Kristen Koptik (Joseph Rosenthal, Mahmud Husni al-Urabi,
dan Anton Marun) mendirikan Partai Sosialis Mesir pada tahun 1921.
Mahmud Husni al-Urabi adalah alumnus Moscow, Soviet, yang kemudian
menyulap Partai Sosialis menjadi Partai Komunis di Mesir. Sementara itu
di Palestina, Radwan al-Hilu yang juga "didikan Moscow" adalah tokoh di
balik gerakan "Arabisasi" Partai Komunis Palestina. Ia menjadi tokoh
sentral PKP (Partai Komunis Palestina) karena mendapat restu dari
pimpinan Comintern, organisasi internasional partai-partai komunis untuk
megarabkan PKP yang sebelumnya dikuasai Yahudi.
Revolusi Arab
dari tahun 1936 sampai 1939 menyebabkan Partai Komunis Palestina pecah
menjadi sejumlah kelompok / organisasi independen seperti National
Liberation League yang didirikan oleh Bulus Farah. Di Libanon dan
Suriah, pendirian Partai Komunis dipelopori oleh Fu'ad Shamali dan Yusuf
Yazbak. Di Iran, pendirian Partai Komunis dipelopori oleh para tokoh
Muslim dan gerilyawan Jangali. Mereka sempat mendirikan Republik Iran
Sosialis Soviet di Gilan. Sementara itu di Irak, pentolan Partai
Komunis-nya adalah Salman Yusuf Salman.
Bergabungnya para tokoh,
pemikir, dan aktivis Islam, Kristen, dan Yahudi dalam komunisme di Arab
dan Timur Tengah menunjukkan bahwa komunisme memang tidak ada
hubungannya dengan ateisme seperti sudah berulang kali saya tegaskan
karena keduanya memang sebuah konsep, filosofi, dan ideologi yang
berbeda. Jadi, kalau masih ada yang menyamakan antara komunisme dan
ateisme, mereka betul-betul mengalami "gagal permanen" dalam memahami
komunisme dan ateisme (bersambung). Postingan Prof. DR. Sumanto Al Qurtuby
0 komentar:
Post a Comment