LOKER OTOMOTIF

Wednesday, January 18, 2017

Kenapa Ya Umat Islam Itu Kok Ngamukan?

Ini pertanyaan serius: "Kenapa umat Islam itu kok cenderung ngamukan?" Tentu saja tidak semuanya karena masih banyak kaum Muslim yang tetap mengedepankan "akal-pikiran sehat-waras" ketimbang ikut-ikutan arus gelombang kemarahan publik.

Meskipun saya yakin banyak sekali publik Muslim yang sebetulnya tidak paham duduk persoalan atau akar-masalah kemarahan itu. Mereka hanya ikut-ikutan "para penggembala" mereka saja grubyak-grubyuk kesana-kemari. Buat mereka, yang penting modal teriak-teriak sambil bawa pentungan atau apa saja. Gak penting paham atau nggak masalah yang membuat mereka marah dan ngamuk itu.
 
Betapa mudahnya "mereka" digiring untuk membenci, mengolok-olok, dan bahkan menggeruduk umat tertentu, tempat ibadah tertentu, ormas tertentu, sekte tertentu, dan seterusnya. Mereka berargumen untuk "membela" Islam, Tuhan, Al-Qur'an, Nabi Muhammad dan sahabat, atau yang lain yang mereka anggap sebagai simbol identitas Islam dari "orang-orang luar" yang mencoba, menurut mereka, melecehkan dan menghina Islam.


Tetapi ironisnya, pada saat yang bersamaan mereka bolak-balik atau "kombak-kambek" menghina, melecehkan, menertawakan, dan merendahkan pengikut agama lain, kitab agama lain, tokoh-tokoh panutan agama lain, dan seterusnya. Mereka melakukan semua ini dengan riang gembira, suka rela, pernuh keikhlasan, dan tanpa merasa berdosa secuilpun. Umat Islam mengharamkan orang lain menghina agama mereka, tetapi ironisnya menghalalkan menghina agama lain. Bahkan dengan "pede"-nya menganggap Tuhan akan atau telah merestui aksi-aksi mereka ("merestui", wudelmu bodong).

 Jika kalian marah dihina, maka jangan menghina umat lain. Jika kalian merasa sakit jika dilecehkan, umat lain juga sama. Jika kalian mau dihormati umat lain, maka kalian hendaknya juga menghormati umat lain itu. Jangan seenak perutmu sendiri: minta umat agama lain menghormatimu tapi tidak pernah respek dengan umat agama lain itu.

Beragamalah dengan akal-pikiran yang waras dan dengan hati-nurani yang jernih, bukan dengan ego dan nafsumu. Jadilah umat beragama (apapun agama kalian) yang cerdas dan dewasa, bukan yang "bahlul" dan kekanak-kanakan nanti malah malu-maluin citra agama kalian dan "reputasi" Tuhan kalian,
Jabal Dhahran, Arabia. Postingan Prof. DR.Sumanto Al Qurtuby

0 komentar: