Tidak bisa dipungkiri, Islam adalah agama yang memiliki komitmen
kuat untuk membela kelompok tertindas (mustadh'afin)--siapapun mereka,
apapun agama dan etnik mereka--karena memang agama ini lahir dalam
"suasana ketertindasan".
Nabi Muhammad sendiri (dari klan Bani
Hasyim dari Suku Quraisy) merupakan representasi dari kaum minoritas
tertindas ini. Simak saja sejarah hidup beliau di Mekah penuh dengan
kegetiran: dimusuhi, direndahkan, dicaci-maki, dikejar-kejar, dan
berkali-kali diancam bunuh oleh para bandit dan elit politik-ekonomi
Makah waktu itu seperti Abu Lahab, Abu Jahal dan gerombolannya.
Mereka memusuhi Nabi Muhammad karena eksistensi politik-ekonominya
terancam dengan kehadiran beliau dengan Islam-nya yang anti terhadap
sistem politik-ekonomi yang tiran dan eksploitatif dan meresahkan rakyat
dan orang miskin. Nabi Muhammad membawa misi subuah sistem sosial dan
tatanan politik-ekonomi yang egaliter, adil dan berperikemanusiaan.
Karena itu jangan heran jika dalam Al-Qur'an bertebaran ayat-ayat
tentang keadilan, egalitarisnisme, dan keberpihakan terhadap kelompok
tertindas.
Spirit Al-Qur'an yang membebaskan atau Islam yang
membela kelompok tertindas ini kelak direproduksi oleh berbagai
ulama-aktivis untuk mendukung wacana, pemikiran, dan gerakan
politik-keagamaan yang mereka usung. Itulah yang dilakukan oleh Imam
Khomeini dan Ali Syari'ati di Iran, Abul A'la Al-Maududi di Pakistan,
Sayyid Qutb di Mesir, Asghar Ali Engineer di India, atau Farid Essack di
Afrika Selatan.
Mereka merepresentasikan diri sebagai wakil
dari kelompok tertindas. Sementara kaum penindas direpresentasikan oleh
Gamal Abdul Nasser dan rezim republik-sekuler di Mesir, Rezim Pahlevi di
Iran, rezim kolonial Inggris di Indo-Pakistan, rezim Apartheid di
Afrika Selatan, atau rezim Dawoodi Bohra di India.
Dalam konteks
Indonesia saat ini, maka Ahok bisa dianggap sebagai representasi "kaum
tertindas" yang dimusuhi, dicaci-maki, dihinakan, dan bahkan diancam mau
dibunuh. Padahal, seperti Anda tahu, Ahok hanya bilang "begitu doang".
Saya membaca Ahok sebagai korban sindikat elit politik dan agama
tertentu yang sedang "ereksi kekuasaan".
Jika memang
mereka--kaum elit itu (bukan publik massa)--betul-betul ingin menegakkan
Islam dan Al-Qur'an dari kaum "penista agama", maka mereka tentunya
juga akan marah besar mendengar dan menyaksikan si "Tuan Besar FPI" itu
yang terang-terangan menuduh ada ulama suu' alias "ulama bodong" yang
sering membohongi dan menipu umat pakai Al-Qur'an dan Hadis. Tapi
nyatanya mereka diam membisu tuh, tidak ada "jihad konstitusional" yang
menggelora.
Karena Ahok representasi kaum tertindas, maka
membela Ahok = membela Islam. Pembelaan atas kaum tertindas itu sangat
Qur'ani dan Islami karena memang itu adalah spirit Islam dan Al-Qur'an
serta misi profetis Nabi Muhammad. Ini pendapatku. Anda boleh setuju
atau tidak setuju. Silakan saja.
NB: Pasti nanti ada yang menuduhku "laknatullah" pendukung aseng tongseng nasi goreng he he. Bosan banget dengernya...
Jabal Dhahran, Arabia
0 komentar:
Post a Comment