LOKER OTOMOTIF

Thursday, January 19, 2017

Sejarah Islam di Tiongkok


Seperti saya jelaskan sebelumnya, Islam pertama kali menjamah dataran Tiongkok sejak era Dinasti Tang (618–907) yang kemudian mengalami perkembangan signifikan pada masa Dinasti Song (960–1279). Kelak kaum Muslim mengalami “masa kejayaan” pada era Dinasti Yuan (1271 – 1368) yang dikontrol oleh Mongol dan puncaknya pada masa Dinasti Ming (1368–1644). Pada masa Dinasti Ming inilah hidup seorang legenda bernama Laksamana Cheng Ho atau Zeng He yang dipercayai sebagai seorang Muslim dan dikenal sebagai salah satu petualangan besar dunia.

Menurut catatan (annals) dari Dinasti Tang, orang-orang Arab dan juga Persia di Tiongkok dulu dikenal dengan sebutan Dashi (Tashi). Pada era Tang ini banyak kerja sama politik, ekonomi, dan budaya digelar dengan “rezim Islam” (baik Daulah Muawiyah maupun kelak Abbasiyah). Para tentara Muslim dulu juga dikerahkan untuk membantu Kaisar Su-Tsung untuk melawan kaum pemberontak yang ingin mengkudeta kerajaan di bawah pimpinan Jenderal An Lushan.


Kelak, Daulah Abbasiyah juga membantu Tang mengusir para pemberontak dari Tibet di Asia Tengah. Khalifah Harun Al-Rashid dari Abbasiyah, seperti dicatat oleh Annals dari Dinasti Tang, juga tercatat berali-kali mengirim utusan dan menjalin hubungan diplomatik dan niaga dengan Tang, terutama melalui jalur maritim. Karena intensitas perdagangan maritim yang tinggi antara Arab–Tiongkok inilah, maka kelak Canton (atau “Khanfu” dalam Bahasa Arab), “kota pelabuhan” di China Selatan dulu banyak dihuni kaum Muslim. Para sejarawan mencatat ada sekitar 200,000 Muslim dari Arab maupun Persia di Canton kala itu.

Ketika Dinasti Song berdiri di awal abad ke-10, hubungan dengan Islam Arab, Persia, dan Afrika Utara terus berlanjut bahkan semakin intensif. Kaum Muslim di Tiongkok tinggal di kawasan khusus (settlement) yang disediakan oleh pemerintah sejak Dinasti Tang, yang disebut Fan Fang. Para sejarawan juga mencatat kaum Muslim memainan peran sentral di bidang industri ekspor-impor pada zaman Dinasti Song. Sejarawan Dawood Ting bahkan menulis kalau Direktur Jenderal urusan impor-ekspor ini bahkan seorang Muslim. Kelak, Kaisar Shenzong dari Song juga mendatangkan ribuan Muslim dari Bukhara (Russia) ke Tiongkok untuk ikut membentengi China dari Kekaisaran Liao di Tiongkok utara. Kaum Muslim ini kemudian tinggal di kawasan Kaifeng (ibukota Song) dan Yenching (kini: Beijing).

Kaum Muslim mendapat momentum ketika Dinasti Yuan berkuasa. Dinasti Yuan yang didominasi oleh kaum Mongol ini tidak percaya kepada etnis Han (etnis mayoritas di Tiongkok), dan sebagai gantinya mempromosikan orang Muslim (juga Yahudi) dari Arab dan Timur Tengah di posisi-posisi tinggi, baik di pemerintahan maupun militer, guna mengontrol dan menjaga kaum Han.

Orang-orang Muslim ini kemudian kawin-mawin dengan gadis-gadis lokal China sehingga semakin banyak jumlah mereka pada masa Yuan ini. Karena itu ada pepatah di Tiongkok: “In the Yuan Dynasty, Muslims were all over the universe” (i.e. China). Pada masa Yuan ini juga Daulah Abasiyah yang berpusat di Baghdad ditaklukkan oleh tentara Hulagu Khan. Orang-orang yang Muslim Semit yang ditaklukkan itu kemudian dibawa ke Tiongkok untuk dipekerjakan di pemerintahan, perkapalan, kesenian, dan kemiliteran (bersambung).

Jabal Dhahran, Arabia

0 komentar: