Libanon (atau “Libnan” dalam Bahasa Arab) yang nama resminya
Republik Libanon (al-Jumhuriyah al-Lubnaniyah) merupakan salah satu
negara mayoritas berpenduduk Muslim di kawasan Arab dan Timur Tengah
yang cukup unik dalam struktur dan sistem politik-pemerintahannya.
Negara yang berbatasan dengan Israel, Suriah dan Cyprus ini salah satu
negara yang sangat majemuk, dari segi etnik, agama, maupun bahasa.
Kemajemukan itu adalah produk dari sejarah Libanon yang sangat panjang.
Berbagai kerajaan, imperium, dan peradaban besar pernah silih-berganti
menguasai Libanon: Mesir, Assyria, Babilonia, Persia, Ummayah,
Abbasiyah, Fatimiyah, Roma, Saljuk, Mamluk, Ottoman, Perancis, Arab,
dlsb. Sebagaimana Irak atau Afganistan, Libanon ini seperti “jalan raya
penaklukan” karena berbagai rezim dan dinasti pernah singgah disini.
Karena banyaknya bangsa-bangsa yang menduduki Libanon ini sehingga
menciptakan sebuah masyarakat campuran dan “kultur Libanon” yang unik
dan kaya. Bahasa yang berkembang di masyarakat juga beraneka ragam:
Arab, Perancis, Inggris, Persi.
Dari segi agama, saya kira
Libanon adalah negara yang paling plural di kawasan Arab dan Timur
Tengah. Kaum Muslim (baik Sunni maupun Shiah) sekitar 55-60%. Umat
Kristen juga sangat besar disini sekitar 30-35%. Mayoritas penduduk
Kristen di Libanon adalah Maronite, kemudian disusul Katolik Roma,
Ortodok Yunani, Melkite, Protestan, dlsb. Kelompok agama lain yang cukup
besar adalah Druze, kemudian Yahudi, Baha’i, Hindu, Buddha, Mormon,
dlsb. Ada sekitar 18 agama yang diakui secara resmi oleh pemerintah
(bandingkan dengan Indonesia yang cuma 6 agama).
Untuk memenuhi
hak dan kebutuhan masing-masing agama ini, sekaligus untuk mencegah
potensi konflik sektarian berbasis agama, Libanon, yang menganut
demokrasi parlementer ini, menerapkan sistem politik-pemerintahan khusus
yang bernama “confessionalism” (muhasasah ta’ifiyah), yakni sebuah
sistem pemerintahan yang mengatur pembagian proporsional di
jabatan-jabatan publik berdasarkan jumlah kelompok masyarakat.
Dalam konteks Libanon, pembagian dan distribusi kekuasaan itu
berdasarkan pada prosentase pengikut agama di negara itu. Karena Muslim
dan Kristen adalah mayoritas, maka posisi tertinggi dalam struktur
pemerintahan dipegang oleh kelompok ini. Misalnya, presiden harus
Kristen Maronite (sekarang Michel Aoun, menggantikan Michel Sulaiman,
yang jadi presiden), Perdana Menteri harus Muslim Sunni (saat ini Tammam
Salam), Ketua Parlemen harus Muslim Shiah (saat ini Nabih Berri),
sementara wakil ketua parlemen dari Kristen Ortodoks Timur, begitu
seterusnya. Untuk Yahudi, Druze, Katolik, dll diberi jabatan menteri dan
posisi tinggi lainnya sesuai dengan proporsi masing-masing.
Para ulama Sunni maupun Shiah di Libanon sama sekali tidak meributkan
soal Surat Al-Maidah. Beda banget kan dengan Jakarte dimana sejumlah
“ulama” ribut melulu seperti ayam mau bertelor. Betul-betul "lugu": lucu
dan wagu he he.
Jabal Dhahran, Arabia
0 komentar:
Post a Comment