Jika kita, khususnya umat Islam, pada umumnya mengenal kata "ulama"
sebagai "orang-orang yang ahli ilmu-ilmu keislaman", di Meksiko lain
lagi ceritanya. Di Meksiko, khususnya di Provinsi Sinaloa, ulama adalah
nama sebuah permainan bola kaki semacam sepak bola dan sejenisnya.
Berbeda dengan kata ulama dalam Islam yang berasal dari Bahasa Arab
"alim" atau "ilm" yang berarti "penguasa pengetahuan" atau "orang
berilmu", kata "ulama" di Meksiko berasal dari Bahasa Nahuatl "ollamaliztli" yang merupakan perpaduan dari kata "ollamas" (permainan dengan bola) dan "ollei" (karet).
Konon, sejarahnya, permainan ulama ini merupakan warisan dari permainan bola kaki yang dipraktekan oleh Suku Aztec di Meksiko tengah, yang merupakan bagian dari tradisi permainan sepakbola yang berkembang di kawasan Mesoamerika, yakni sebuah geografi fisik dan kultural yang kini meliputi sejumlah negara di Amerika Latin seperti Meksiko, Guatemala, Honduras, El Salvador, Nicaragua, Costa Rica, dan lain-lain.
Permainan bola kaki model ulama di kawasan Mesoamerika ini sudah sangat tua usianya (para arkeolog menafsir sejak 1,600 SM), dan bahkan konon merupakan olahraga tertua di dunia yang menggunakan bola karet.
Bagi yang tertarik untuk mempelajari "ulama versi Meksiko" ini, silakan baca karya-karya "pengamat ulama," Ted Leyenaar, dalam beberapa tulisannya, antara lain, "Ulama, the Perpetuation in Mexico of the Pre-Spanish Ballgame Ullamaliztli" dan "The Modern Ballgame of Sinaloa".
Nah, sekarang pertanyaan berikut ini silakan dijawab: adakah ulama yang pandai bermain ulama? Adakah ulama yang mempermainkan ulama? Adakah ulama yang mempermainkan pake ulama? Adakah ulama yang tidak mengenal ulama? Adakah ulama yang bukan "waratsatul anbiya" (pewaris para Nabi)?
Maaf, jangan ada yang tersinggung ya? Entar ngamuk lagi, mengerahkan massa lagi, demo lagi, "jihad konstitusional" lagi. Tapi silakan saja kalau mau demo dan jihad di Meksiko sekalian bawa "pasal penodaan agama" karena masyarakat Sinaloa telah mempermainan ulama, menghina ulama, menendang-nendang ulama, dan menginja-injak ulama he he.
Jabal Dhahran, Arabia
Prof. DR. Sumanto Al Qurtuby
0 komentar:
Post a Comment