Lanjutan dari artikel sebelumnya Sejarah dan Asal-Usul Kata "Allah"
Seperti saya jelaskan sebelumnya kata "Allah" sudah dikenal di
kawasan Arab, khususnya Jazirah Arab dimana Islam lahir, jauh sebelum
Nabi Muhammad memperkenalkan agama ini pada abad ke-7 M. Ada banyak
bukti otentik tentang ini.
Misalnya, banyak masyarakat Arab
pra-Islam dulu, termasuk ayah Nabi Muhammad sendiri, yang bernama
"Abdullah" (Hamba Allah). Orang-orang Arab Kristen awal, seperti
ditunjukkan dalam studi Ibnu Ishaq (w. 768), seorang sejarawan Muslim
kenamaan dalam karya monumentalnya "Sirah Nabawiyah", juga banyak yang
benama Abdullah.
Ekskavasi arkeologis atas reruntuhan
situs-situs Arab Kristen pra-Islam (gereja, kuburan, martyrion, dlsb) di
Jabal Ramm dan Umm al-Jimal di Yordania maupun di Yaman semasa Kerajaan
Askum dan Himyar juga bayak ditemui inskripsi dan nisan para martir
(syuhada) Arab Kristen yang bernama "Abdullah". Masyarakat Kristen Arab
dulu pada zaman Imperium Partha, Romawi, Byzantium, dlsb di era
pra-Islam banyak yang menjadi martir.
Selain nama-nama
"Abdullah", juga ditemui inskripsi di situs-situs Arab Kristen pra-Islam
tulisan "Allah" atau "Alaha" (Aram) dan "Bismillah". Bagi yang terarik
ingin mendalami informasi ini, bisa dibaca beberapa karya dari para ahli
kajian Arab klasik seperti Rick Brown, James Bellamy, Enno Littman,
Beatrice Gruendler, dlsb.
Irfan Syahid dalam bukunya, "Byzantium
and the Arabs in the Fourth century" juga menyebutkan pada waktu
perang, kaum Arab Kristen memekikkan kalimat-kalimat seperti Allahu
Akbar" atau "Ya La Ibadu Allah". Kata "Allah" juga disebut dalam syair
atau puisi-puisi Arab Kristen dulu seperti ditulis oleh al-Marzubani
dalam "Mu'jam al-Syu'araa". Sya'ir-sya'ir ini ditulis oleh orang-orang
Arab Kristen dari suku Bani Ghassan (al-Ghasasinah) dan Tanukh
(Tanukhiyun) yang merupakan suku-suku Arab awal yang memeluk Kristen.
Lalu, dari mana asal-usul kata dan nama "Allah" sebagai Tuhan itu? Ada
sejumlah teori tentang ini. Ada yang bilang bahwa nama Allah itu
diperkenalan oleh orang-orang Arab Kristen dan Arab Yahudi. Ada juga
yang mengatakan bahwa nama Allah juga disebut-sebut sebagai salah satu
Tuhan kaum Arab politeis pra-Islam (silakan baca "Kitab al-Asnam" karya
sejarawan Hisyam al-Kalbi, w. 819). Konon nama "Allah" digunakan untuk
menyebut "Tuhan Sang Pencipta" yang juga merangkap sebagai "pemimpin
dewa-dewi" (atau katakanah "The Supreme God") menggantikan posisi
"Hubal".
Hubal adalah "Dewa Bulan" yang superior di zaman
pra-Islam. Konon nama "Hubal" ini diadopsi dari masyarakat Arab Nabataea
yang mendiami kawasan Arabia utara (termasuk Suriah dan Irak).
Masyarakat Arab pra-Islam adalah masyarakat politeis yang "menyembah"
banyak dewa-dewi (konon ada ratusan). Latta, Uzza, dan Manat adalah tiga
dewi ("Tuhan perempuan" yang populer. Nah, Hubal ini dianggap sebagai
"Ra'is Syuriyah" atau "Imam Besar" dewa-dewi ini. Patung para dewa dan
dewi ini ada di sekitar Ka'bah.
Masyarakat Arab Quraisy (yang
juga suku Nabi Muhammad) adalah yang mengontrol akses terhadap Hubal
ini. Menariknya, dulu para pemuja Hubal juga ikut berperang melawan Nabi
Muhammad pada waktu Perang Badar tahun 624. Setelah Nabi Muhammad
berhasil menguasai Makah pada tahun 630, beliau dan pengikutnya
menghancurkan patung-patung itu, dan mendeklarasikan Allah sebagai
Tuhan.
Apakah ada hubungannya antara penggantian atau
"pencopotan" Hubal dengan Allah itu lantaran para pendukung dan pemuja
Hubal yang memusuhi dan memerangi Nabi? Saya tidak tahu. Tapi yang
jelas, tidak seperti Hubal dan "Tuhan-Tuhan" lain yang "diwujudkan" atau
disimbolkan dalam arca-arca, menariknya, Tuhan Allah, setahu saya,
tidak pernah dipatungkan (bersambung).
0 komentar:
Post a Comment