Kalau dilihat dari foto ini (itupun kalau bukan hoax alias "foto
editan" he he), sepertinya Pak Ustad Arifin Ilham sedang semangat
latihan perang-perangan menggunakan parang. Ciaattt ciaaatttt. Mungkin
ia sedang kangen dan merindukan suasana masa lampau Islam. Pak ustad
yang hobi mewek dan nangis-nangis kalau ceramah ini juga beberapa kali
menyerukan "jihad" (maksudnya "perang") dengan heroiknya dan "gagah
perkasa".
Jihad melawan siapa? Mau jihad dimana? Jihad melawan
Pak Jokowi dan pemerintah? Itu mah bukan jihad namanya bro. Kalian baru
"valid" melakukan jihad di Indonesia, kalau hak-hak seorang Muslim untuk
beribadah dan berekspresi dibatasi dan diberangus seperti dulu zaman
pemerintah kolonial. Lah sekarang, kalian bebas-merdeka mau melakukan
apa saja gak ada masalah. Mau haji atau umrah puluhan kali silakan. Mau
bikin masjid / musalla di tiap gang silakan. Mau bengak-bengok ceramah
silakan. Bahkan sangking bebasnya, kalian bisa salat seenaknya di jalan
raya, kan? Yang itu susah terjadi kalau bukan di Indonesia mas bro.
Jihad itu kalau melihat pemerintah telah berbuat jahat dan kekerasan
serta korup dan menindas rakyat. Itupun tidak perlu pakai pedang kaleee.
Jadul amat.
Atau jangan-jangan mau ikut perang di Irak dan
Suriah bergabung dengan gerombolan preman ISIS dan komplotannya? Hanya
orang pikun dan rabun atau mereka yang "mabuk agama" saja yang
menganggap perang di Irak atau Suriah itu sebagai "jihad di jalan
Allah". Anggapan berperang di Irak atau Suriah sebagai "jihad di jalan
Allah" itu hanyalah imajinasi belaka yang mungkin lantaran kebanyakan
baca komik dan main game.
Buka mata Anda lebar-lebar, jembreng
telinga kalian lebar-lebar, baca tulisan-tulisan akademik
sebanyak-banyaknya, perang di Irak, Suriah dan dimanapun itu bukanlah
masalah agama atau akidah tapi soal perseteruan geo-politik, perkelahian
rebutan sumber-sumber ekonomi, gegeran soal batas-batas teritori,
perebutan otoritas suku dan klan, perebutan supremasi etnik, dlsb. Tidak
ada perang antara masyarakat Sunni dan Syiah.
Yang ada dan
terjadi saat ini adalah perang oleh sejumlah kelompok kepentingan (dari
mana saja dan ideologi apa saja) yang "ereksi" alias "ngaceng" ingin
menguasai aset-aset politik, ekonomi, teritori / geografi, dlsb. Karena
sudah "ereksi", mereka pun membabi buta memerangi dan membunuh siapa
saja yang dianggap sebagai penghalang niat busuk mereka, sebuah tragedi
yang hanya mengakibatkan penderitaan bagi rakyat biasa--apakah itu
Sunni, Syiah, Arab, Kurdi, dlsb, yang kini terlunta-lunta hidup dalam
kelaparan dan keterbatasan di berbagai tempat pengungsian.
Jadi
kalau niatnya berangkat ke kawasan ini itu untuk ikut berperang, maka
itu sama sekali bukan "jihad di jalan Allah" tapi "jihad di jalan setan
teroris-ektrimis", dan kalau mati jelas bukan mati syahid tapi "mati
sangit" alias "abu gosong". Itulah sebabnya kenapa sebagian pemuda Saudi
yang dulu ikut berperang di Irak dan Suriah dengan niat awal "jihad di
jalan Allah" banyak yang mudik dan kapok karena mereka menyaksikan
berbagai kejahatan kemanusiaan di lapangan yang dilakukan oleh kelompok
yang mengaku "berjihad" tadi, jauh dari nilai-nilai dan norma-norma
keislaman.
Kalau mau "berjihad di jalan Allah", maka bantulah
para pengungsi itu, tolonglah rakyat (orang tua, anak-anak, perempuan,
dlsb) yang tidak tahu menahu tentang konflik dan kekerasan itu tapi
kemudian ikut menjadi korban ganasnya perang.
Bahkan kalau mau
berjihad di jalan Allah tidak perlu capek-capek dan jauh-jauh ke Timur
Tengah tapi cukup dilakukan di Indonesia dengan membantu pengentasan
kemiskinan, memerangi kebodohan, menolong orang-orang yang membutuhkan
pertolongan, membantu meningkatkan kualitas pendidikan, membantu
memberantas praktek korupsi, membantu mengatasi kejahatan kemanusiaan,
dlsb.
Jadi, saudaraku, insaflah, bertaubatlah, kembailah ke
jalan yang benar, yaitu jalan yang diridlai Allah, bukan yang diridlai
setan teroris-ekstrimis. Pintu taubat selalu terbuka buat siapa saja
yang ingin memperbaiki kualitas hidupnya dan pemahaman agamanya...
0 komentar:
Post a Comment